Sabtu, 06 Oktober 2012

Evaluasi Pendidikan (Masalah Tes)


A.  Masalah Tes

1.    Pengertian
Istilah tes diambil dari kata testum, dalam bahasa Prancis kuno yang artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada juga yang mengartikan sebagai sebuah piring dari tanah. Pada tahun 1890, James Ms. Cattel telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement.
Banyak para ahli yang mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, tetapi yang terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusun oleh orang Prancis bernama Binet, kemudian disempurnakan oleh Simon, sehingga dikenal sebagai tes Binet Simon (tahun 1904). Mereka berusaha membeda-bedakan anak menurut tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan mereka kita mengenal istilah umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronologi age) dan indeks kecerdasan.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan tes, yaitu :
a.    Tes
Merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk melaksanakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban.
b.    Testing
Adalah keadaan pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan saat pengambilan tes.
c.    Testee
Adalah responden atau seseorang yang sedang mengerjakan tes. Bias juga disebut sebagai objek evaluasi. Orang-orang inilah yang akan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.
d.   Tester
Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap responden. Bisa juga disebut sebagai subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain:
-    Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
-    Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
-    Menerangkan cara mengerjakan tes.
-    Mengawasi responden mengerjakan tes.
-    Memberikan tanda-tanda waktu.
-    Mengumpulkan pekerjaan responden.
-    Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan.
2.   Persyaratan Tes
Gilbert Sax menyebutkan beberapa kelemahan, yaitu :
a.    Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa) menyinggung pribadi seseorang meskipun tidak sengaja. Misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan, maupun pengumuman hasil.
b.   Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni. Tes akan menimbulkan suasana yang mengakibatkan hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain. Kirkland (1971) menyimpulkan bahwa:
-    Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar.
-    Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi.
-    Kebiasan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya, mengurangi timbulnya kecemasan dalam tes.
-    Dalam kecemasan yang tinggi, murid akan mencapai hasil baik jika hasil soalnya bersifat ingatan, tetapi hasilnya tidak baik jika soalnya pikiran.
-    Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas.
-       Meskipun pada tingkat sekolah dasar tidak terdapat perbedaan kecemasan abtara laki-laki dengan perempuan, tetapi di tingkat sekolah menengah anak perempuan cenderung mempunyai kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
Bagaimanapun bebasnya suasana tes, namun tampak bahwa penampilan testee akan berbeda jika pertanyaan dilakukan bukan dalam suasana tes. Testee selalu berusaha menutupi atau mengusir kecemasan dengan berbagai cara, misalnya menggigit kuku, mengetuk-ngetuk meja, menggerakkan kaki dan sebagainya.
c.    Tes mengategorikan siswa secara tetap.
Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang membedakan cap kepada siswa menurut kelompok atau kategorinya, misal siswa A termasuk pandai, sedang atau kurang.
d.   Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
Dengan rumusan soal yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang pandai hanya melihat pada kalimat secara sepintas. Siswa-siswa yang pandai karena terlalu hati-hati mempertimbangkan susunan kalimat dapat terjebak pada suatu butir tes dan mereka akan kehabisan waktu.
e.    Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
Manusia mempunyai seperangkat sifat yang tidak semuanya tepat diukur melalui tes. Seperti tingkah laku lebih cocok diketahui melalui pengamalan secara cermat.
3.   Ciri-Ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.    Validitas
Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid adalah kata sifat. Dalam pembicaraan evaluasi pada umumnya orang hanya mengenal istilah valid untuk alat evaluasi atau instrumen evaluasi.
Sebuah data atau informasi dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan kenyataan. Misal informasi tentang si A pendek karena tingginya tidak lebih dari 140 cm. Dan data tersebut dikatakan valid apabila memang sesuai kenyataan bahwa tinggi A kurang dari 140 cm.
Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.
Contoh:
Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan. Tetapi dilihat melalui kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Ada beberapa macam validitas yaitu validitas logis (logical validdity), validitas ramalan (predictive validity) dan validitas kesejajaran (concurrent validity).
b.   Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya.
Seseorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu bicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan tes, tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan. Maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Meskipun hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena kenaikannya dialami semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
c.    Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan objektivitas apabila dlam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Terutama terjadi pada sistem skoringnya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas, maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring. Sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu:
1)   Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dnilai oleh dua orang penilai.
Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2)   Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan dan sebagainya.
d.   Praktikabilitas (Practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
1)   Mudah dilaksanakan.
2)   Mudah pemeriksaannya.
3)   Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e.    Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal.

B.  Penyusunan Tes

1.   Fungsi Tes
a.    Fungsi untuk kelas :
-       Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
-       Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
-       Menaikkan tingkat prestasi.
-       Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
-       Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar  untuk siswa secara perorangan.
-       Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
-       Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b.   Fungsi tes untuk bimbingan
-       Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka.
-       Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
-       Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
-       Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.
c.    Fungsi tes untuk administrasi
-       Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
-       Penempatan siswa baru.
-       Membantu siswa memilih kelompok.
-       Menilai kurikulum.
-       Memperluas hubungan masyarakat.
-       Menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.

2.   Langkah-langkah Penyusunan Tes
Urutan langkah yang dilakukan adalah :
a.    Menentukan tujuan mengadakan tes.
b.   Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c.    Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d.   Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat aspek tingkah laku. Digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki agar tidak terlewati.
e.    Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi.
f.    Menuliskan butir-butir soal.

3.   Komponen-komponen Tes
  Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a.    Buku tes yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b.   Lembar jawaban tes yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.
c.    Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki.
Ide atau fungsi adanya kunci jawaban adalah agar:
-       Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
-       Pemeriksaannya betul.
-       Dilakukan dengan mudah.
-       Sesedikit mungkin masuknya unsur subyektif.
d.   Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau scoring berisi keterangan perincian tentang score atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan. Contoh pedoman penilaian setiap soal diberi score 1. Jumlah score : 1 x 10 = 10.

C.  Tabel Spesifikasi

1.         Fungsi tabel Spesifikasi
Sebuah tabel spesifikasi dibuat untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan/materi serta aspek kejiwaan / tingkah laku yang akan dicakup dalam tes. Table spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blueprint. Bentuknya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut, tetapi empat hal yaitu hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar dan evaluasi. Keempat hal tersebut mempunyai kaitan yang erat sekali. Dengan mengenal materi yang akan diajarkan, kita segera tahu bagaimana sifat materi tersebut. Misalnya fakta, konsep atau hubungan antar konsep. Apabila materinya berupa fakta, tentunya TIKnya menyangkut ingatan. Kegiatan belajarnya, informasi dan evaluasinya  dapat uraian, isian singkat, benar salah atau pilihan ganda biasa.
2.         Langkah-langkah pembuatan tabel Spesifikasi
Ada beberapa tabel spesifikasi ditentukan oleh bidang study dan homogenitas materi yang akan di teskan. Satu hal yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan, kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing materi. langkah yang kedua yaitu pokok-pokok materi dipindahkan kedalam tabel dan menngubah indeks menjadi persentase. Setelah mencantumkan pokok-pokok materi yang akan diteskan beserta persentasenya, langkah yang ketiga adalah memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan.
Sampai langkah ketiga cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang study. Untuk langkah-langkah selanjutnya terdapat langkah khusus, tergantung dari homogenitas dan heterogenitas/keragaman materi yang diteskan.
a.          Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud dengan seragam adalah bahwa antara pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Banyak butir soal untuk setiap sel / kotak kecil diperoleh dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal dari tiap materi yang sudah tertulis dikolom paling kanan. Perlu diperhatikan bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka atau menggeser-gesernya sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh angka yang benar.
b.         Untuk materi yang tidak seragam
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku dikepala kolom. Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal untuk pokok materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.
3.         Tindak lanjut sesudah penyusunan tabel spesifikasi
Terdapat dua langkah sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes, yaitu :
a.          Menentukan bentuk soal
Terdapat bermacam-macam bentuk soal tes, dengan baik dan buruk masing-masing. ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal yaitu, waktu yang tersedia dan sifat materi yang dites.
Sebagai pertimbangan menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul salah membutuhkan waktu lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah bentuk yang memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan. Yang perlu mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian, karena banyak memakan waktu walaupun masih perlu diperinci lagi.
Sifat materi sangat menentukan bentuk soal tes. Adakalanya sebuah pokok materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan alternative yang hamper sama.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes,  terlebih dahulukita harus mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berfikir adalah :
1)         Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan.
2)         Mendata setiap konsep / pengertian yang tercakup dalam seluruh materi.
3)         Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada.
4)         Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan dan menghubungakan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari.
5)         Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam permasalahan yang lebih luas.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut :
1)         Memilih fakta-fakta tunggal seperti tahun, nama atauu istilah.
2)         Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan untuk membuat soal pilihan ganda.
3)         Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal untuk uraian.
b.         Menuliskan soal-soal tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1)         Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.
2)         Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3)         Cara memenggal kalimat atau meletakan kata-kata perlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah.
4)         Petunjuk mengerjakan.
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar harus dilakukan uji coba berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba  tersebut dapat ditarik manfaat-manfaat sebagai berikut:
1)      Pengalaman menggunakan tes tersebut.
2)      Mengetahuia kesukaran bahasa.
3)      Mengetahui fariasi jawaban siswa.
4)      Mengetahui waktu yang dibutuhkan.
5)      Kesulitan lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar